Menunggu Film Indonesia Variatif dan Bermutu

Inikah kebangkitan film Indonesia? Tahun ini banyak bermunculan film-film yang temanya variatif. Mudah-mudahan saja keragaman ini disertai juga dengan kualitas yang memadai.


Maklum selama ini kita disandera oleh film-film yang topiknya itu-itu saja. Kalau nggak horror, ya percintaan, yang semuanya dibumbui esek-esek dan digarap seadanya.

Membuat film bagus, para insan film kita sebenarnya bisa. Menurut Joko Anwar, ia optimistis perfilman Indonesia akan bisa bangkit. Rasanya tak perlu menunggu sampai pemerintah yang bergerak. Solusinya, sangat tergantung pada komitmen dari para insan film untuk menjaga idealismenya dengan membuat film yang bermutu.

Sejauh ini, katanya, sebenarnya prestasi film Indonesia sudah cukup membanggakan. Terbukti, salah satu peraih jumlah penonton tertinggi sepanjang sejarah perfilman tanah air adalah film Laskar Pelangi.

Belum lagi, film-film yang berjaya di berbagai festival internasional. “Film saya, Janji Joni, diputar di 25 festival film internasional, dibeli oleh Andy Lau, diputar di televisi Australia dan  Korea.  Film Kala, diputar di 34 film festival, menang di Berlin Asia Hot Shots Film Festival dan memenangkan Jury Award di New York Asian Film Festival. Begitu juga dengan film Pintu Terlarang, menyabet predikat sebagai Film Terbaik dalam Puchon International Fantastic Film Festival 2009,” ujar sutradara Joko Anwar bangga.

Shanty Harmayn, produser film Garuda di Dadaku (2009), mengatakan, kesuksesan perfilman Indonesia ini hampir tanpa dukungan pemerintah. Di sinilah peran kita sebagai penonton juga ikut andil dalam menyelamatkan perfilman lokal. Yang diperlukan adalah, kita ikut mendorong kualitas perfilman  nasional dengan menonton film bagus.

Nah tahun 2012 ini mulai muncul sejumlah film yang menawarkan tema beragam, yang keluar dari pakem horror dan percintaan. 

Di antara film-film itu adalah The Raid (Serbuan Maut). Film ini berjenis action yang tidak digarap ala kadarnya, Buktinya film ini menorehkan prestasi di Festival Film Toronto 2011. Konon The Raid tak hanya akan ditayangkan di bioskop Indonesia, tapi juga bioskop-bioskop mancanegara seperti Prancis, Jepang, Jerman, Australia, Inggris dan negara lainnya.
Gareth Evans sukses mengarahkan Iko Uwais yang berperan apik sebagai Rama. Film penuh adegan action itu sukses menarik perhatian Sony Pictures yang menjadi distributor resminya. Produser film Ario Sagontoro mengungkapkan bahwa dalam film tersebut semua adegan perkelahian diambil tidak menggunakan teknik fight cut, tapi fight bebas agar tercipta atmosfer yang lebih hidup.
Film kedua adalah Modus Anomali yang digarap sutradara berpengalaman Joko Anwar. Film ini juga bertema thriller/action. Film ini berkisah tentang liburan sebuah keluarga yang berubah menjadi mimpi buruk setelah muncul seorang pembunuh misterius yang akan menghabisi satu per satu anggota keluarga itu setelah mereka hilang dari pondok mereka di hutan.
Naskah film yang juga ditulis oleh sang sutradara ini berhasil menyabet penghargaan Bucheon Award di pentas Network of Asian Fantastic Films (NAFF) di Korea Selatan.
Selanjutnya adalah film  Cahaya di Atas Cahaya. Bersama Emha Ainun Najib atau biasa dipanggil Cak Nun, sutradara Viva Westi menulis naskah film yang direncanakan akan beredar di tahun 2012 ini. Belum jelas tanggal ataupun bulan perilisannya, namun film berkualitas ini sudah dimulai pengambilan gambarnya sejak pertengahan tahun kemarin. Titi Sjuman akan beradu akting dengan Tio Pakusodewo dalam Cahaya di Atas Cahaya. Titi Sjuman berperan sebagai Rayya, seorang diva pop yang gelisah setelah kisah asmaranya dengan suami orang harus tenggelam. Rayya lalu memutuskan untuk bunuh diri dalam perjalanannya untuk sebuah pemotretan di beberapa kota di Indonesia.
Pengambilan gambar untuk film ini dilakukan di beberapa daerah wisata seperti Kawah Ijen dan Ambarawa. Alex Abbad, Arie Dagienkz, dan Masayu Anastasia turut berperan dalam film ini.
Keempat adalah film Negeri 5 Menara Satu. Ini adalah  film adaptasi novel Anwar Fuadi yang meledak di pasaran setelah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2009. Salman Aristo mengolah cerita dalam novel untuk dijadikan skenario film yang disutradarai oleh Affandi Abdul Tachman ini.
Sang sutradara sengaja tidak mengambil nama-nama terkenal untuk membintangi film adapatasi ini. Ia memilih talenta-talenta lokal karena ingin mendapatkan hasil maksimal lewat kecakapan yang dimiliki oleh putra daerah.
Yang kelima adalah bertema drama komedi, Mother Keder . film ini mengangkat cerita dari novel yang ditulis oleh Puteri Indonesia Fotogenik 2001, Viyanthi Silvana yang berjudul sama. Dalam film ini, aktris senior Ira Maya Sopha dan aktor veteran yang baru-baru ini menjadi sangat vokal soal urusan politik Pong Hardjatmo disandingkan dengan Puteri Indonesia 2009, Qory Sandioriva, dan model sekaligus aktris yang kerap wara-wiri di layar FTV, Jill Gladys.
Mother Keder bercerita tentang kehidupan Vivi (Qory Sandioriva), seorang wanita karir yang sukses. Ia mantap menapaki dunia kerja, namun ada satu hal yang belum dapat ia rengkuh yaitu pernikahan. Konflik mengemuka ketika Dinda (Jill Gladys), adiknya, berencana untuk mendahuluinya menuju ke pelaminan.
Film keenam,  film drama tentang trafficking, Xia Aimei.  Film ini dibintangi oleh mantan VJ MTV Franda, Ferry Salim, Samuel Rizal dan Olga Lydia ini. Ada dua bahasa yang digunakan dalam film ini, Indonesia dan Mandarin. Digarap oleh sutradara muda berbakat Alyandra, Xia Aimei menceritakan tentang perjalanan pedih seorang gadis Tionghoa bernama Xia Aimei (Franda) yang dikirim untuk bekerja sebagai perempuan penghibur di klub malam milik Jack (Ferry Salim).
Di sini, Xia Aimei memiliki nama baru Xi Xi. Di tempat ini pula masalah muncul ketika Xi Xi menyerang seorang bos mafia sampai terluka hingga ia harus melarikan diri. Film tentang human trafficking ini juga menampilkan Shareefa Danish, Samuel Rizal, dan artis pendatang baru yang dulu bergelar Briptu, Norman Kamaru.
Film ke-7,  Java Heat, film action yang bersetting Kraton Yogyakarta. Film ini dibintangi oleh actor Hollywood yang ngetop dengan film The Years of Dragon, Mickey Rourke. Di film ini, dikisahkan tentang penculikan puteri kraton Yogyakarta yang dibarengi dengan pencurian perhiasan milik istana oleh penjahat internasional. Polisi Indonesia dibantu oleh tim profesional Amerika Serikat berusaha mengungkap kasus ini. Menurut kabar, film ini akan tayang 2012, namun kabar lain mengatakan kita baru bisa menikmati aksi Mickey Rourke di tahun 2013.


Film Indonesia Terlaris (2007-2010)

Laskar Pelangi (2008) : 4.606.785
Ayat-Ayat Cinta    (2008) : 3.581.947
Ketika Cinta Bertasbih (2009 : 3.100.906
Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009): 2.003.121
Sang Pemimpi (2009):  1.742.242
Get Married (2007) : 1.400.000
Garuda di Dadaku (2009): 1.371.131
Nagabonar Jadi 2 (2007): 1.300.000
Terowongan Casablanca (2007) : 1.200.000
Get Married 2    (2009) : 1.187.309
Sang Pencerah   (2010) : 1.108.600

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

3